Penawar Rindu
Mungkin ini akan
menjadi tulisan terakhir tentang perkara rinduku yang akhir-akhir ini semakin
kencang bergejolak dalam batin ini. Memang tak mudah untuk memadukan antara
kata yang terucap, fakta yang terjadi, dan tulisan ini, semoga saja ini
sedikit menawar rindu yang kau tanamkan, sehingga aku tak semakin menderita
menahan rindu padamu.
Aku tak pernah
merindukan seseorang seperti rinduku padamu, kau bagai hujan yang turun di
tengah musim kering, kau hadir mengisi ruang hatiku ketika kepenatan itu mulai
menghapiri diri ini, dengan pesonamu memancarkan energi positif yang mampu
ditangkap oleh hati. Aku tak tak banyak tahu tentang dirimu. Tapi entah kenapa aku merasa sangat terkesan dengan
sikap-sikapmu. Dan entah kenapa hatiku mulai condong padamu. Hatiku selalu
bergetar mendengar namamu. Lalu ada perasaan halus yang menyusup ke sana tanpa
aku tahu perasaan apa itu namanya. Semakin hari kau semakin menari-nari
dihatiku, awalnya sulit bagiku untuk percaya kau akan membalas rinduku, kadang
ku menduga mungkinlah engkau yang selama ini ku minta kepada-Nya untuk sedikit
mengerti akan perasaan ku, kau lah mungkin adalah jawaban atas permintaan ku
selama ini. Baru ku sadari bahwa selama ini kita dipertemukan dalam suatu wadah
yang sama, berjuang bersama-sama dalam ruang lingkup yang berbeda. Ya ternyata
selama ini kita begitu dekat, namun lambat bagiku untuk peka akan hal itu. Namun
ternyata tak pernah ku duga kita akan mempunyai cerita sedekat ini. Sedekat namamu
yang sering kuadukan kepada Tuhanku , kau nakal sekali kau berhasil
mencuri hatiku, kini ku merasa terjebak oleh perasaan yang sering menipu,
ku yakin kaupun merasakan hal yang sama.
Bila seseorang dimabuk
asmara, dia tak bisa memikirkan hal yang lain. Ya kaulah yang ada difikiran
selama ini, kau juga yang kuharapkan mampir dalam waktu lelapku. Sampai akhirnya
kembali aku menyadari bahwa hadirmu memang begitu berarti bagiku, namun aku takut ku tak mampu mengendalikan diriku,
aku tak ingin terjebak kedalam lembah kehinaan bersamamu, karena syaiton selalu bermain disetiap gerak gerik langkah kita, Dalam
hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin kau menjadi halal bagiku yang
bisa ku seka air matamu, ku belai rambutmu dan ku kecup keningmu.
Entahlah rasanya sekarang
aku ingin menjauh saja darimu agar ku dapat menjaga rindu ini untuk dapat
berjalan pada tempatnya. Biarlah aku harus meneladani Matahari. Ia cinta pada
Bumi, tapi ia mengerti, mendekat pada sang kekasih justru akan membinasakan.
Sekarang biarkan aku
berusaha untuk merancang tujuan yang jelas, yang akan membuat kemajuan walaupun
melewati jalan yang sulit.
Teruslah kau tanamkan
kerinduan ini melalui setiap sujud disepertiga malammu, biar dapat kita tuai
bersama ketika kita telah bersama nanti.
Karena mungkin kau
adalah perempuan shalihah yang akan jadi bidadariku, yang akan aku cintai
sepenuh hati dalam hidup dan mati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan
merenda masa depan, dan menapaki jalan Ilahi, itu siapa? Aku tak tahu. Ia masih
berada dalam alam ghaib yang belum dibukakan oleh Tuhan untukku. Jika waktunya
tiba semuanya akan terang. Hadiah agung dari Tuhan itu akan datang.
“Rabbana
hab lana min azwaajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun wal’alna lil muttaqiina
imaama
Wahai Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”
Teladan orang-orang
yang bercinta adalah Baginda Nabi. Cinta sejati adalah cintanya sepasang
pengantin yang telah diridhai Tuhan dan didoakan seratus ribu malaikat penghuni
langit. Tak ada perpaduan kasih lebih indah dari pernikahan
Biarlah Aku lebih
memilih mencurah seluruh rindu dendam, haru biru rindu dan deru cintaku untuk
belajar dan menggandrungi Al-Qur’an. Telah kusumpahkan dalam diriku, aku tak
akan mengulurkan tangan kepada seorang kecuali gadis itu yang menarik tanganku.
Aku juga tak akan membukakan hatiku untuk mencintai seorang kecuali orang itu yang membukanya, seperti
halnya kau yang telah berhasil membuka pintu hatiku. Bukan suatu keangkuhan
tapi karena rasa rendah diriku yang selalu menggelayut di kepala. Aku selalu
ingat aku ini siapa?
Aku adalah lumpur
hitam yang mendebu menempel di sepatu
dan sandal hinggap di atas aspal terguyur hujan
terpelanting masuk comberan siapa sudi memandang atau mengulurkan tangan? tanpa uluran tangan
Tuhan aku adalah lumpur hitam yang malang. PadaMu Kutitipkan secuil asa , Kau berikan selaksa
bahagia. PadaMu Kuharapkan setetes embun
cinta ,Kau limpahkan samudera cinta.
Yaa
Allah. Ampunillah hambamu yang menahan beratnya rindu kepada makhlukmu. Hamba tak
ingin rindu ini melebihi rinduku kepadaMu. Ampunilah hamba yang dzolim ini.
#HaruBiruMenahanRindu
#AyatAyatRindu
Sabtu (malamMinggu),
10-02-2018
Rindu Terakhir untukmu
(....)
Komentar
Posting Komentar