Kefahaman dan Keteladanan Aktivis Dakwah Kampus Zaman Now
Kondisi umat Islam hari tercatat
setelah tumbangnya kekhalifahan Turki Utsmani mengalami suatu proses yang begitu
sulit , dunia Islam mulai mengalami perguncangan yang hebat, umat islam
bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, tercerai-berai tak ada yang dapat
menaungi/menyatukan. Kemudian musuh Islam mulai menguasai dunia dan kita
diwajibkan harus tunduk dengan system yang berlaku hari ini suka atau tidak
suka. Kini, salah satu yang dapat
mengembalikan kebangkitan Islam tersebut, yaitu dengan dakwah. Dakwah
pada dasarnya adalah proses merubah suatu kondisi tertentu menuju kepada suatu
kondisi tertentu yang lain yang diinginkan. Dakwah merupakan gerakan penyadaran
atas potensi fitrah yang dimiliki manusia terhadap kedudukannya sebagai hamba
untuk beribadah kepada Allah dan sebagai khalifah untuk memimpin dan mengelola
alam semesta beserta isinya.
Dakwah kampus merupakan salah
satu bagian dari dakwah secara umum. Dakwah kampus sarat akan potensi untuk
perbaikan umat suatu bangsa, karena dari kampus akan lahir calon-calon pempin
masa depan suatu bangsa, juga peran kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul
secara mental, moral dan intlektualitas. Sebagai miniatur suatu bangsa dengan
masyarakat kampus menjadi sasaran/objek dakwahnya, oleh karena itu untuk
menjalankan roda dakwahnya, dakwah kampus memiliki karakteristik tersendiri,
dakwah kampus bersifat terbuka berorientasi kepada rekrutmen kader dakwah
sebagai personil-personil yang akan berperan dalam roda kerja dakwah kampus itu
sendiri berupa sebagai pengurus lembaga dakwah kampus, murobbi kampus, dan
sebagainya dan mereka harus dapat bergerak bersama-sama dalam satu koridor
strategi dakwah kampus. Medan pergerakan dakwah kampus adalah area dimana
dakwah kampus dapat mengaktualisasikan diri.
Medan dakwah kampus yaitu lingkungan internal dan eksternal yang
berpengaruh terhadap dakwah kampus, meliputi para civitas akademika, pejabat
dan pegawai kampus bahkan alumni. Dengan medan dakwah yang mempunyai karakter
khusus itu akan dapat disasar dengan menjadi kan tujuan utama dakwah kampus
sebagai wadah yang akan mensuplai alumni yang berafiliasi kepada Islam, dan
optimalisasi peran kampus dalam upaya menstranformasi masyarakat menuju masyarakat Islami.
Kenyataannya, dakwah masa kini
begitu terlihat bebas dan terexpose luas dilingkungan kita baik dikampus,
ataupun tempat-tempat lainnya. Dengan kebebasan yang ada saat ini dakwah bisa
berkembang dimana saja. Kebangkitan dan tegaknya islam yang dinanti-nanti umat
muslim hanya menunggu waktu. Sejarah telah membuktikan bahwa gerakan dakwah
kampus yang komandoi para aktivis mahasiswa dibawah wadah LDK dengan Manhaj Ikhwanul
Muslimin begitu militan dan massif-progresif gerakannya telah menyadarkan umat
dari kejahilan dan mengembalikan umat kepada kesempurnaan islam. Akan tetapi
ada yang hilang dari segi militansi dan idealisme perjuangan pada saat ini,
semua seakan terlupakan dan terabaikan dimakan waktu dizaman modern ini.
Militansi dan idealisme perjuangan yang selama ini dijunjung tinggi dan menjadi
kebanggaan karena telah berhasil menorehkan tinta emas dan kinerja-kinerja yang
monumental ketika para generasi pendahulu lakukan kini hanya menjadi sebua
catatan manis sejarah yang hampir terlupakan. Krisis multidimensi yang
belakangan terjadi dalam aktualisasi gerakan dakwah, yang ada banyak sekali
para aktivis abangan (hanya ikut-ikutan), kekeringan nilai-nilai idealisme perjuangan
harokah menjangkiti hamper seluruh kader aktivis dakwah kampus saat ini.
Bergerak tanpa hujjah yang jelas, tidak faham cakrawala, kering tsaqofah
islamiyah, sempit cakrawala pemikiran keislaman sehingga dakwah menjadi hambar
dan monoton, budaya malas belajar,dan masalah percintaan (virus merah jambu)
antar aktivis dakwah yang menjadi salah satu penyebab dakwah pada saat ini
tidak mendapat dukungan secara baik dilingkup internal maupun eksternal.
Ada dua masalah subtansial
terkait problematika dakwah kampus saat ini, yang pertama adalah kepahaman (al-fahmu) . Dalam 10 rukun baiat Hasan
Al-Banna al-fahmu menepati hirarki
pertama karena pemahaman menjadi hal fundamental bagi para pelaku dakwah dalam
menjalankan aktivitasnya. Pemahaman adalah sumber pergerakan dan militansi juga
kuatnya idealisme yang tertanam dihati. Pemahaman bisa dikaitkan dengan
pemahaman manhaj, harakah, tsaqofah dan esensi perjuangan sesungguhnya. Ketika
pemahaman tidak ada pada aktivis maka
akan timbul keraguan dan kerancuan dalam tubuh dakwah kampus. Kemudian yang
kedua adalah masalah ketaladanan ketika para aktivis dakwah banyak meninggalkan
prinsip-prinsip luhur para generasi awalun yang indah dan penuh hikmah dalam
sikap, tindakan, dan perilakunya. Ketika aktivis mulai meninggalkan kisah-kisah
fenomenal para ulama-ulama dan pejuang islam terlebih dahulu baik dari cara
dakwahnya dan penyikapannya terhadap objek dakwah maka yang mereka adalah malah
dibenci dicaci banyak pihak. Keteladan yang seharusnya menjadi brand (modal)
utama dalam kerja dakwah sebaliknya menjadi hal yang merusak kinerja dakwah
dikarena para aktivis dakwah kampus tidak mampu mengaplikasikannya baik dari
segi pergaulan, perilaku, moral dan sikap terhadap orang lain. Saat ini yang
terlihat hanyalah eksistensi, kuantitas dan identitas bukan kwalitas tanpa
nilai-nilai luhur yang mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Banyak
aktivis dakwah kampus yang tidak mampu menjaga izzah sehingga banyak
stigmatisasi negatif tertuju padanya. Krisis keteladan sangat terlihat dalam
keseharian para aktivis dakwah kampus.Mereka lebih suka berlama-lama mengobrol
tentang hal yang tidak berguna dari pada harus mengkaji dan menanalisa kondisi
umat. Kemalasan membaca dan mempelajari manhaj, berbaur dengan lawan jenis yang
bukan muhrim, bersalaman dengan lawan jenis dan interaksi dengan lawan jenis
sesama aktivis (ikhwan dan akhwat) yang sudah keluar dari koridor-koridor
syar’i. Sebab krisis keteladan inilah yang menimbulkan adanya krisis
kepemimpinan, dimana aktivis dakwah yang seharusnya jadi bahan panutan
sebaliknya malah jadi bahan cemoohan.
Dakwah ini dibangun diatas
perjuangan bukan keputusasaan “Dakwah ini
tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang
bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur
dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia
terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal besama orang-orang yang
duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih
baik dan lebih sanggup memikul beban da’wah ini”. ( Syahid Hasan Al Banna
). Dakwah yang dibangun diatas kelemahan sudah pasti tidak akan bertahan lama
dimana akanmudah pudar dan hancur disertai keterpurukan yang berkepanjangan.
Dakwah kampus harus dibangun diatas kefahaman, manhaj yang jelas dan militansi
tanpa batas. Sehingga para pelaku dakwah kampus bisa melakuka explorasi dan
instrumen yang visioner dalam melangkah. Dakwah kampus hendaklah diemban oleh
orang-orang yang tangguh, kuat, teguh dan ikhlas, keistiqomahan adalah kunci
kemenagan dan keputusasaan adalah kunci kekalahan. Wallahu’alam...
Kamis, 07 juni 2018
03.00
Komentar
Posting Komentar